ISO/IEC Guide 51:1999 memaparkan yang dimaksud dengan biorisk ialah kombinasi kemungkinan terjadinya bahaya dan tingkat keparahan yang disebabkan oleh agen biologis atau toksin. Berdasarkan hal itu, agen biologis atau toksin dapat menjadi bahaya ketika pekerja laboratorium terpapar, adanya pelepasan atau kehilangan, akses yang tidak sah atau pelepasan tidak sengaja, pencurian, penyalahgunaaan, dan pengalihan yang disengaja.
Seluk Beluk Biorisk
Biorisk yang dimaksud mencakup risiko biosafety dan biosecurity. Berbagai jenis laboratorium dengan tujuan diagnostik, klinis, penelitian, dan komersial di seluruh dunia menangani ribuan agen biologis infeksius, misalnya mycobacterium tuberculosis, brucella abortus, virus penyakit kaki dan mulut, escherichia coli O157: H7, francisella tularensis serta virus demam berdarah.
Meskipun demikian, jenis serta kuantitas bahan bergantung pada ruang lingkup dan sifat pekerjaan yang dilakukan di laboratorium. Karena itu, setiap agen dan toksin yang ditangani memiliki potensi bahaya yang menimbulkan risiko bagi personel di laboratorium, fasilitas, dan kemungkinan besar di sekitar hewan serta komunitas manusia di luar laboratorium.
Seluruh laboratorium yang bekerja dengan bahan biologis berharga (Valuable Biological Material – VBM) dan bahan laboratorium berharga (Valuable Laboratory Material – VLM) bertanggung jawab untuk beroperasi dengan keamanan yang terjamin. Bahkan, masyarakat umum berharap pegawai laboratorium dapat bertindak secara tanggung jawab, pun tidak mengekspos kepada masyarakat terhadap biorisiko.
Selain itu, pekerja laboratorium diharapkan dapat mengikuti praktik kerja yang aman (biosafety) dengan mengikuti kode etik (bioetika) sehingga pekerja dapat bekerja dengan aman, begitupun materi yang dijaga. Akan tetapi, kesalahan manusia tetap menjadi faktor utama dalam kecelakaan kerja meskipun teknologi kian maju, dan tersedianya instrumen canggih serta alat pelindung diri.
Sering kali, masyarakat merasa terancam dengan keberadaan laboratorium mikrobiologi di sekitar lingkungan mereka. Oleh karena itu, diperlukannya edukasi bahwa hadirnya kegiatan laboratorium di sekitar masyarakat dapat memberikan manfaat. Tidak hanya itu, tiap kegiatan laboratorium selalu dikendalikan dengan pengamanan yang tepat sehingga masyarakat tidak perlu merasa cemas.
Berbagai kecelakaan kerja dapat terjadi di laboratorium mikrobiologi, sehingga penerapan biorisiko perlu dilakukan. Selanjutnya, patogen dan racun sering digunakan untuk pelbagai tindak kejahatan, misalnya mengancam ataupun membahayakan masyarakat oleh oknum tertentu.
Walaupun sebenarnya, hal itu telah diatur dalam perjanjian internasional yang berisi larangan penggunaan agen biologis. Berikut beberapa contoh kasus agar penerapan biorisk perlu dilaksanakan.
- Agen penyebab virus variola (cacar) saat ini masih disimpan di dua pusat kolaborasi WHO (World Health Organization) dengan bawah penahanan maksimum. Pengenalan kembali variola ke lingkungan secara sengaja atau tidak dapat membahayakan masyarakat, stabilitas ekonomi, dan politik di seluruh dunia. Stok virus variola yang tersisa diatur ketat di bawah pengawasan WHO untuk penelitian (Smallpox: destruction of variola virus stocks. Discussion document A58.10, World Health Assembly, May 2005).
- Tahap akhir dari pendekatan kampanye pemberantasan poliomyelitis, yakni sedang dibuatnya protokol untuk menjaga keamanan fasilitas penampung sampel dan stok virus polio kemudian penyimpanan virus disarankan untuk memperbarui tingkat biosafety dan biosekuritinya. Salah satu cara yang diberikan ialah dengan mentransfer virus polio tersebut ke laboratorium rujukan yang lebih baik lalu sisa virus tersebut dihancurkan.
- Ketentuan biosekuriti laboratorium tidak menghalangi pelepasan serangan antraks di USA tahun 2001. Jika diteliti, ketentuan biosekuriti laboratorium dengan menulis catatan mengenai penelitian dan kegiatan, akses dokumentasi, mengkonsultasikan proyek penelitian yang telah disetujui dengan data hasil yang tersedia, merupakan bentuk fasilitas untuk membantu mengeluarkan pelaku terduga penyebab kecelakaan dari daftar tersangka.
Risk Group (Kelompok Risiko)
Risk Group atau kelompok risiko merupakan klasifikasi penggambaran bahaya relatif akibat patogen infeksius atau racun di laboratorium. Tingkat risk groups atau kelompok risiko tidak selalu sesuai dengan tingkat keamanan hayati, misalnya proyek penelitian tertentu untuk penggunaan Human Immunodeficiency Virus (HIV) termasuk dalam patogen risk group 3 namun diketahui bahwa HIV dapat ditangani dalam kondisi tingkat keamanan hayati 2. Tingkatan risk groups atau kelompok risiko dimulai dari 1 (rendah) hingga 4 (risiko tertinggi).
National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIH) menjelaskan tingkatan risk groups atau kelompok risiko sebagai berikut.
- Risk Groups 1 (RG1), patogen yang terkait dalam kelompok ini ialah yang tidak terkait dengan penyakit pada manusia dewasa yang sehat. Dalam hal ini, patogen yang termasuk dalam risiko group 1 tidak memiliki ataupun hanya sedikit risiko untuk individu dan tidak ada atau sedikit ririsko bagi komunitas.
- Risk Groups 2, patogen yang terkait dengan penyakit manusia namun tidak serius dan sering tersedia cara pencegahannya. Selan itu, patogen ini, memiliki risiko sedang untuk individu namun rendah untuk masyarakat.
- Risk Groups 3, patogen yang terkait dengan penyakit manusia yang serius ataupun mematikan namun tersedia cara pencegahannya atau terapeutik. Agen ini, mewakili risiko tinggi bagi individu tetapi memiliki risiko rendah bagi masyarakat.
- Risk Groups 4, agen yang menybabkan penyakit manusia serius atau mematikan yang biasanya tidak tersedia intervensi pencegahan. Memiliki risiko yang tinggi bagi individu maupun komunitas.
Penjelasan tersebut memiliki kesamaan dengan risk groups milik WHO (World Health Organization). Risk Groups yang dimiliki oleh WHO pun terbagi menjadi empat tingkatan.
Lab Biorisk Management
Manajemen lab biorisk terdiri atas assessment (risk assessment), mitigasi, dan performance. Ketiga aspek ini dikenal dengan AMP Model. Di samping itu, terdapat berbagai hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen lab biorisk, seperti kedalaman peran dalam tanggung jawab, dapat mengambil keputusan berdasarkan bukti penilaian risiko yang substansial melalui operasi yang unik, dapat melakukan pengendalian dengan berbasis risiko, evaluasi efektivitas secara konstan, dapat diskalakan secara eksplisit. Manajemen biorisiko terintegrasi dengan penilaian risiko khusus aktivitas, langkah mitigasi dan evaluasi kinerja khusus kegiatan.
Assesment (Risk Assessment), Mitigasi, Performance
Assessment biorisk atau risk assessment adalah proses mengidentifikasi bahaya, mengevaluasi risiko yang terkait dengan agen biologis dan racun melalui pertimbangan kontrol yang ada kemudian memutuskan apakah risiko tersebut dapat diterima. Adapun yang menjelaskan assessment biorisk atau risk assessment, yaitu sebuah perosedur analitis yang dirancang untuk mengkarakterisasi risiko biologis melalui fasilitas laboratorium ataupun unit yang di dalamnya dapat menangani potensi patogen atau racun.
Mitigasi biorisk merupakan tindakan pengendalian yang diterapkan untuk mengurangi atau menghilangkan risiko terkait dengan agen biologis dan racun. Pun, dapat disebut dengan langkah yang diambil melalui assessment risk.
Performance, dilakukan untuk meningkatkan manajemen biorisiko dengan mencatat, mengukur, dan mengevaluasi tindakan dan hasil organisasi untuk mengurangi biorisiko.
Dengan demikian, pekerja laboratorium diharapkan memiliki pengetahuan mengenai biorisk dan dapat mengaplikasikan prinsip biosafety saat bekerja di dalam laboratorium. Hal ini dimaksudkan, agar terhindar dari bahaya kecelakaan kerja laboratorium.
Reference
Bio Risk Management