Sepanjang perjalanan sejarah manusia, wabah dan pandemi telah banyak menewaskan umat manusia. Sebagaimana manusia telah menyebar ke seluruh dunia, begitu pula wabah dan pandemi. Majunya peradaban manusia memunculkan banyak kota-kota besar, rute perdagangan yang strategis, dan peningkatan kontak dengan populasi orang, hewan, dan ekosistem yang berbeda maka semakin besar kemungkinan pandemi akan terjadi.
Bangsal tentara US yang terkena wabah Flu Spanyol di Perancis pada tahun 1918. (Image: © Shutterstock)
Sejarah Awalnya Pandemi
Pandemi awalnya diklasifikasikan sebagai epidemi, yang merupakan penyebaran cepat suatu penyakit di wilayah atau wilayah tertentu. Wabah virus Zika yang dimulai di Brasil pada 2014 dan menyebar di Karibia dan Amerika Latin termasuk epidemi seperti wabah Ebola di Afrika Barat pada 2014-2016. AS telah mengalami epidemi opioid sejak 2017 karena penyalahgunaan obat yang meluas dan tingginya angka kematian yang disebabkan oleh obat tersebut, menurut Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS.
Keberadaan pandemi terkadang mengubah jalannya sejarah, menghancurkan umat manusia, dan menandakan akhir dari suatu peradaban. Bahkan di era modern ini, wabah hampir konstan, meskipun tidak setiap wabah mencapai tingkat pandemi seperti yang dialami COVID-19. Berikut adalah visualisasi berikut daftar epidemi dan pandemi terburuk, yang berasal dari zaman prasejarah hingga modern termasuk peristiwa COVID-19 saat ini.
Name | Time period | Type / Pre-human host | Death toll |
Antonine Plague | 165-180 | Believed to be either smallpox or measles | 5M |
Japanese smallpox epidemic | 735-737 | Variola major virus | 1M |
Plague of Justinian | 541-542 | Yersinia pestis bacteria / Rats, fleas | 30-50M |
Black Death | 1347-1351 | Yersinia pestis bacteria / Rats, fleas | 200M |
New World Smallpox Outbreak | 1520 – onwards | Variola major virus | 56M |
Great Plague of London | 1665 | Yersinia pestis bacteria / Rats, fleas | 100,000 |
Italian plague | 1629-1631 | Yersinia pestis bacteria / Rats, fleas | 1M |
Cholera Pandemics 1-6 | 1817-1923 | V. cholerae bacteria | 1M+ |
Third Plague | 1885 | Yersinia pestis bacteria / Rats, fleas | 12M (China and India) |
Yellow Fever | Late 1800s | Virus / Mosquitoes | 100,000-150,000 (U.S.) |
Russian Flu | 1889-1890 | Believed to be H2N2 (avian origin) | 1M |
Spanish Flu | 1918-1919 | H1N1 virus / Pigs | 40-50M |
Asian Flu | 1957-1958 | H2N2 virus | 1.1M |
Hong Kong Flu | 1968-1970 | H3N2 virus | 1M |
HIV/AIDS | 1981-present | Virus / Chimpanzees | 25-35M |
Swine Flu | 2009-2010 | H1N1 virus / Pigs | 200,000 |
SARS | 2002-2003 | Coronavirus / Bats, Civets | 770 |
Ebola | 2014-2016 | Ebolavirus / Wild animals | 11,000 |
MERS | 2015-Present | Coronavirus / Bats, camels | 850 |
COVID-19 | 2019-Present | Coronavirus – Unknown (possibly pangolins) | 848K (Johns Hopkins University estimate as of 10:28am PT, Aug 31, 2020) |
Catatan: Seperti yang dikutip dari VisualCapitalist Data jumlah total kematian dalam daftar adalah hasil perkiraan dari observasi dan penelitian. Wabah Justinian dan Swine Flue masih diperdebatkan berdasarkan penemuan bukti-bukti baru.
Kebanyakan pandemi virus disebabkan oleh virus influenza (flu). Virus flu dapat berubah dari musim ke musim dan sementara ahli kesehatan cukup pandai memprediksi bagaimana virus akan berubah, kadang-kadang virus baru yang muncul tidak berperilaku seperti yang diperkirakan. Saat itulah pandemi paling mungkin terjadi karena kebanyakan orang tidak memiliki kekebalan terhadap virus baru.
Meskipun penyakit dan pandemi terus terjadi sepanjang sejarah, ada satu tren yang konsisten dari waktu ke waktu yaitu penurunan bertahap dalam tingkat kematian. Peningkatan fasilitas kesehatan dan pemahaman faktor-faktor yang menyebabkan pandemi menjadi alat yang ampuh dalam mengatasi dampak buruk pandemic.
Melacak Status Infeksi
Ilmuwan menggunakan parameter untuk melacak penularan suatu penyakit yang disebut angka reproduksi – juga dikenal sebagai R0 atau “R naught.” Angka ini memberi tahu kita berapa banyak orang yang rentan menjadi sakit secara rata-rata pada gilirannya akan menulari orang disekitarnya
Campak menempati urutan teratas, menjadi yang paling menular dengan kisaran R0 12-18. Ini berarti satu orang dapat menginfeksi rata-rata 12 – 18 orang dalam populasi yang tidak divaksinasi. Walaupun campak mungkin yang paling ganas, upaya vaksinasi dan kekebalan kelompok (Herd Imunity) dapat mengekang penyebarannya. Semakin banyak orang kebal terhadap suatu penyakit, semakin kecil kemungkinannya untuk berkembang biak, membuat vaksinasi sangat penting untuk mencegah lonjakan kembali penyakit yang sudah diketahui dan ada obatnya.
Saat ini sulit untuk menghitung dan memperkirakan dampak sebenarnya dari COVID-19, karena wabah tersebut masih berlangsung dan para peneliti masih mempelajari tentang perilaku dan bentuk baru dari virus korona ini. Organisasi dan pemerintah di seluruh dunia meminta warganya untuk mempraktikkan jarak sosial untuk membantu mengurangi tingkat infeksi, untungnya teknologi digital memungkinkan orang untuk mempertahankan koneksi dan melakukan perdagangan tanpa batas.