Saat ini, istilah mikrobioma usus menjadi topik hangat yang meanrik berbagai peneliti. Komunitas ekologi dari mikroorganisme komensal, simbiosis, dan patogen dalam tubuh manusia tersebut bertindak sebagai semacam sidik jari mikrobiologis tiap individu.
Mikrobioma usus
Mayoritas mikroorganisme hidup dalam usus manusia secara kolektif dan memiliki massa hingga dua kilogram. Peneliti biomedis Universitas Groningen dan Universitas Adeliade, Dr. Hannah Wardill, menemukan suatu efektivitas hasil antikanker dan meminimalisasi toksisitas terapi kanker dengan mikrobioma usus.
Hal ini ia kemukakan berdasarkan, hasil analisis reaksi sebelum dan setelah terapi kemoterapi pada tinja pasien dan hewan. Dengan demikian, bakteri spesifik dalam mikrobioma usus dapat digunakan untuk menurunkan efek samping perawatan pasien onkologis.
Perkembangan mikrobioma yang dapat mengubah ilmu pengetahuan
Perawatan efektif onkologis untuk yang terdapat saat ini, di antaranya radioterapi, kemoterapi, imunoterapi, dan transplantasi sel induk. Nyatanya, terapi tadi memiliki efek samping berupa rambut rontok, diare, infeksi, pendarahan, dan perubahan kognitif selama perawatan.
Bahkan, efek traumatis dan kronis kerap dirasakan oleh pasien kanker anak. Karenanya, diperlukan sebuah terobosan baru untuk membatasi efek samping pada terapi onkologis tadi.
Bakteri anaerob gram negatif memiliki efek positif dalam mengurangi efek samping pengobatan kanker anak-anak. Lalu, ditemukannya kolonisasi luas bakteri anaerob pada orang sehat namun jarang terjadi orang sakit.
Bakteri hidup di sel epitel menghasilkan metabolit yang disebut asetat dan asam lemak rantai pendek. Akibatnya, hal tersebut menjadi faktor penting untuk memberikan pelindungan pada pasien sebelum kemoterapi dan memperkecil efek samping dalam pengobatan tersebut.
Identifikasi metabolit atau produk spesifik dari genus Blautia kemudian hasil identifikasi tadi dapat dikelola. Penggunaan kit QIAGEN DNA menjadikan hasil DNA yang tinggi sehingga dapat digunakan untuk sequencing.
Analisis mikrobioma usus membutuhkan data dalam jumlah besar akibat banyaknya relatif spesies. Saat analisis mikrobioma, Wardill bekerja sama dengan spesialis bioinformatika yang dapat membantu memisahkan data tersebut untuk isolasi mekanisme lebih spesifik.
Transplantasi mikrobioma tinja memberikan seluruh komunitas mikroba bersama dengan seluruh faktor metabolisme dan metabolit produk yang dihasilkan. Dengan demikian, perawatan ini menjadi cukup efektif untuk pasien.
Reference