Pelbagai instansi maupun organisasi di dunia yang berkaitan dengan pangan, kesehatan, dan peternakan kian menggalakan pentingnya keamanan pangan. Hal ini dilakukan, untuk menggapai pangan yang aman di seluruh lapisan masyarakat. Untuk itu, instansi tersebut melakukan beraneka aktivitas pencegahan terhadap penyakit bawaan pangan yang dapat berdampak pada tiap individu. Salah satunya, wabah penyakit mulut dan kuku.
Penyakit Mulut dan Kuku
Penyakit mulut dan kuku atau dengan nama lain Aphthae Epizootica (AE) / Foot and Mouth disease (FMD) merupakan wabah yang menyerang hewan ternak. Umumnya, penyakit ini menjangkit hewan ternak berkuku belah, seperti sapi, domba, kerbau, kambing, rusa, unta, babi, dan beberapa jenis hewan liar (gajah, jerapah, dan bison).
Walaupun, wabah PMK tidak tergolong dalam jenis zoonosis (tidak menular ke manusia) namun diperlukannya tingkat waspada pada hewan ternak yang dimiliki. Pasalnya, penyakit mulut dan kuku dapat menyebar secara cepat dengan tingkat penyebaran 90 – 100% serta tingkat kematian yang tinggi pada hewan ternak berusia dini.
Selain dapat menyebar dengan cepat, virus PMK sangat tahan terhadap desinfektan yang cara kerjanya melarutkan lemak. Hal ini disebabkan, virus PMK tidak memiliki lapisan lemak dan adanya capsid yang kuat.
Penyakit mulut dan kuku sendiri, disebabkan oleh infeksi virus genus Apthovirus, famili Picornaviridae yang berukuran 20 – 25 milimikron. Gejala klinis yang diakibatkan oleh infeksi PMK di antaranya.
- Hipersalivasi, salivasi terlihat menggantung serta adanya air liur berbusa di lantai kandang
- Kepincangan yang bersifat akut pada beberapa hewan
- Vesikel/lepuh di sekitar mulut, lidah, gusi, nostril, kulit sekitar teracak, dan puting
- Pembengkakan kelenjar submandibular
- Demam hingga 41oC
- Hwean lebih sering berbaring
- Penurunan drastis bobot maupun produksi susu
Masa inkubasi penyakit 1 – 14 hari sejak hewan tertular hingga adanya gejala. Dengan demikian, Penyakit Mulut dan Kuku menjadi salah satu penyakit hewan menular yang paling ditakuti dan penting di semua negara.
Penyebaran virus penyakit mulut dan kuku
- Penyebaran Penyakit mulut dan kuku dapat ditularkan dengan berbagai cara, yakni.
- Kontang langsung (hewan tertular dari hewan rentan melalui, leleran hidung, serpihan kulit, dan droplet)
- Kontak tidak langsung melalui vektor hidup yang terbawa oleh manusia (barang-barang yang dipakai manusia telah terkontaminasi, seperti tangan, tenggorokan, dan pakaian)
- Kontak tidak langsung (melalui vektor tidak hidup, misalnya peralatan, alas kandang)
- Tersebar melalui udara
Pun, cara penyebaran PMK dapat menular melalui adanya kontak antara hewan ternak dengan hewan karier (anjing, kucing, unggas dan jenis burung) sehingga terjadinya penularan PMK secara mekanis.
Di Indonesia, wabah PMK telah terjadi sejak lama dan telah terbebas sejak tahun 1986. Akan tetapi, pada Mei 2022 ini, Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat terdapat 82 kabupaten dengan 5,45 juta ekor hewan yang terinfeksi PMK.
Kabupaten tersebut, terbagi dalam 16 provinsi yang telah terkonfirmasi adanya kasus PMK, antara lain Aceh, Banten, Bangka Belitung, Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Karena itu, pemerintah membagi kawasan ternak menjadi beberapa daerah selama wabah PMK, yakni daerah wabah, tertular, terduga, dan bebas. Hal ini dilakukan, sebagai bentuk upaya mencegah penyebaran PMK.
Upaya pencegahan
Adapula, pencegahan lainnya yang dilakukan oleh pemerintah untuk memutus rantai penyebaran penyakit mulut dan kuku, misalnya menerapkan Biosecurity.
Biosecurity, yaitu tindakan pencegahan melalui tiap seluruh kemungkinan penularan melalui tiga prinsip dasar, isolasi, pengendalian lalu lintas, dan sanitasi. Berikut langkah-langkah pengaplikasian biosecurity.
- Isolasi/pemisahan (tindakan yang bertujuan untuk mencegah terjaidnya kontak di antara hewan)
- Pembersihan dan desinfeksi
- Pengendalian lalu lintas (melakukan desinfeksi pada tiap aktivitas lalu lintas manusia, hewan, peralatan maupun kendaraan yang masuk area peternakan)
- Pengendalian hewan dan hama
- Pembuangan hewan yang mati
Diagnosis PMK dengan RT-PCR
Tidak hanya gejala klinis, namun metode diagnostik laboratorium perlu dilakukan untuk mendeteksi penyakit mulut dan kuku. Keberadaan virus PMK dapat ditunjukkan melalui isolasi kultur sel, uji fiksasi komplemen, ELISA ataupun metode polymerase chain reaction (PCR) yang lebih terkini.
RT – PCR merupakan teknik yang ampuh untuk deteksi PMK. Sayangnya, tidak seluruh daerah dengan risiko PMK tinggi didukung dengan fasilitas PCR yang mencukupi, sehingga menjadi pembatas dalam menggunakan RT-PCR sebagai alat diagnostik rutin.
Pengambilan sampel diagnostik dengan RT PCR menggunakan metode swab. Cara pengambilan sampel, yakni menyeka dengan alat swab bagian rongga mulut hingga mendapatkan saliva yang tidak terkontaminasi sisa makanan.
Metode RT PCR terbukti sensitif dan spesifik dalam melakukan diagnosis PMK. Hal ini ditunjukkan, adanya reaksi positif meskipun nilai CT yang rendah.
Proses diagnosik dalam suatu wabah membutuhkan perlengkapan yang tepat dalam waktu yang cepat.
Sila hubungi GeneCraft Labs di sales@genecraftlabs.com untuk mendapatkan solutions Penyakit Mulut dan Kuku
Anda berminat untuk memiliki peralatan yang tepat? sila menghubungi GeneCraftLabs melalui email kami
Team akan membantu memenuhi perlengkapan laboratorium Anda secara tepat dan cepat.
References