Salah satu langkah penting untuk mengurangi penyebaran penyakit ialah dengan mencuci tangan. Sayangnya, aktivitas tersebut tidak dapat dilakukan di beberapa situasi karenanya dibutuhkannya alternatif, seperti penggunaan hand sanitizer.
CDC (Centers for Diease and Prevention) merekomendasikan agar hand sanitizer yang digunakan memiliki kandungan alkohol 60%. Sebab, tingkat alkohol tersebut secara efektif dapat membunuh virus ataupun bibit penyakit.
Akan tetapi, perlu diperhatikan pula keamanan dan kandungan hand sanitizer tersebut. Hal ini dikarenakan, adanya tingkat alkohol yang tinggi memiliki efek samping jika digunakan secara berkala.
Pengujian GCMS pada hand sanitizer
Kualitas standar yang ditetapkan oleh United States Pharmacopeia (USP) mengenai penggunaan alkohol dalam obat-obatan, termasuk hand sanitizer perlu dilakukannya pengujian etanol. Belum lama ini, FDA memaparkan hasil analisis terhadap kandungan beberapa hand sanitizer berlabel mengandung etanol atau isopropil alkohol yang diuji positif untuk kontaminasi 1-propanol.
Keduanya, yaitu methanol dan impurities 1-propanol jika berada di atas batas tertentu maka tidak dapat digunakan. Hal ini disebabkan, kedua senyawa tersebut sangat neurotoksik dan dapat menyebabkan iritasi kulit serta reaksi alergi.
Tak hanya itu, FDA pun menjabarkan pendoman mengenai kebjikan sementara untuk hand sanitizer berbasis alkohol. Bahkan, melakukan pengembangan prosedur analitik laboratorium untuk menilai hand sanitizer dengan modifikasi dari metode USP yang telah ada.
Dalam prosedur analitis tersebut, menginstruksikan penggunaan kromatografi gas yang dikonfigurasikan dengan massa spektrometri (GCMS) untuk skrining potensial kontaminasi atau impurities berbahaya. Berikutnya, penentuan kuantitatif kandungan alkohol (jaminan kualitas) dalam produk diformulasikan dengan etil alkohol (etanol) ataupun isoprophyl alkohol (isopropanol, 2-propanol atau IPA) sebagai bahan-bahan aktif.
Thermo Scientific Spektrometer massa kuadrupol tunggal ISQ 7000 menjelaskan bahwa dalam eksperimen tersebut, dilengkapi teknologi Thermo Scientific ™ NeverVent ™ yang dipasangkan dengan gas kromatografi Thermo Scientific TRACE 1310 dan Thermo Scientific™ AS 1310 autosampler. Hal tersebut, digunakan untuk penentuan impurities dan kandungan alkohol dalam produk pembersih tangan sesuai dengan metode FDA.
Resolusi kromatografi (Rs) di TIC dan asimetri puncak (As) faktor dihitung secara otomatis menggunakan software Chromeleon untuk menerapkan saran dari persamaan yang terdapat di USP. Resolusi baseline (Rs>1,5) tercapai untuk senyawa yang diperiksa dengan pengecualian benzena dan isobutanol yang ikut terelusi dalam ion total kromatogram (TIC).
Bentuk puncak Gaussian diperoleh untuk seluruh senyawa dengan rata-rata As factor <1.2 dengan menunjukkan kelembaman yang tinggi dari sistem terhadap sebagian besar analit polar dan efisiensi proses kromatografi. Salah satu, contoh pemisahan kromatografi untuk larutan standar, kemudian pemerolehan data melalui pengukuran mode full-scan (m/z 25 – 110). Extracrted ion tracess untuk senyawa yang dipilih ditujukan pada gambar di bawah.

Penjelasan lengkapnya dapat dilihat dalam application note di sini.